Selasa, 23 Agustus 2011

KENAPA MUSLIM HARUS SHOLAT??

Ada beberapa alasan yang sering melandasi seorang muslim dalam melakukan sholat...

Sekedar gugur kewajiban
Ini adalah tingkatan paling bawah (menurut saya). Yg penting sudah selesai mengerjakan, selesai urusan. Tidak dipikir apakah saat ibadah dia bersungguh-sungguh atau apakah ALLOH SWT menerima ibadahnya.

Mencari pahala
Percaya atau tidak, masih banyak di antara kita, bahkan yg sudah tua, menjadikan pahala sebagai tujuan beribadahnya. Tidak heran, jika ada yg berhitung dengan teliti untuk ibadahnya di bulanRamadhan ini.

Dia berhitung seperti ini. “Saya tidak sholat wajib selama 1 tahun. Berarti saya ketinggalan sholat wajib sebanyak 365×5 = 1825. Di bulan Ramadhan ini, sholat wajib dihitung 10x. Berarti jika saya sholat wajib sebulan penuh (sebanyak 150 kali) dan ditambah sholat sunnah (yg nilainya dianggap sama dgsholat wajib) sebanyak 30 kali, maka saya lunas sudah hutang sholatnya.”

Atau ada juga yg lebih ekstrim. Dia naik haji lalu berhitung bahwa sholat di Masjidil Haram nilainya 100 ribu kali daripada di tempat lain. Otomatis, dia berkesimpulan tidak perlu sholat lagi karena masih punya tabungan.

Berharap surga
Mirip dengan di atas, motivasi ini juga sudah menjadi ‘makanan’ dan tujuan bagi kebanyakan orang. Terlebih jika para ulama dan da’i ikut ‘mengompori’ dengan dalil2 ttg imbalan surga. Klop sudah!

Saya tidak menyalahkan saudara2 saya yg masih menggunakan kedua motivasi atas utk ibadah. Hanya saja, menurut saya, orang yg beribadah karena kedua motivasi di atas mirip dg anak TK/SD yg berharap mendapat imbalan usai berbuat kebaikan.

Motivasi lain yg bisa kita temukan adalah:

Takut neraka
Ada juga orang yg beribadah karena takut dengan neraka. Dia sholat karena takut masuk neraka Saqor. Dia beriman (menjadi muslim) karena takut neraka jahanam.

Orang yg beribadah seperti ini, menurut saya, seperti budak/pembantu. Dia beribadah karena takut dihukum majikannya. Sama seperti motivasi di atas, saya tidak menyalahkan orang yg beribadah karena alasan ini.

‘Berdagang’ dengan ALLOH SWT
Motif ini mirip dg motif mencari pahala. ‘Landasan’ mereka melakukan ini karena menurut mereka ALLOH SWT sendiri ‘menawarkan’ hal ini.

“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? – (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya, – niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga Adn. Itulah keberuntungan yang besar.” (Ash Shaff(61):10-12)

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Al Baqarah(2):261)

“Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak,” (Al Hadiid(57):11)

“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat gandakan (pembayarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.”(Al Hadiid(57):18)

Adapun menurut saya, motif yg ‘baik’ dan sebaiknya diikuti adalah motif CINTA dan BUKTI BERSYUKUR KEPADA ALLOH SWT.

Jika kita melihat kepada kehidupan Rasululloh SAW, hamba-Nya yg ma’sum dan dijamin masuk surga, beliau tetap banyak beribadah (dan sholat malam). Ketika ditanya oleh istrinya (Aisyah), beliau menjawab bahwa ibadah tersebut dilakukan karena rasa syukur kepada ALLOH SWT.

Jadi, apa motif ibadah anda?

>>>http://tausyiah275.blogsome.com

Muhasabah Ramadhan “Musabaqah fil Khairat”

Dalam lari jarak menengah atau lari marathon, seorang atlit akan memulai start dengan kecepatan sedang, tidak cepat juga tidak lambat. Ia akan menjaga kestabilan larinya sehingga tetap berada di muka tanpa harus kehabisan tenaga. Begitu memasuki tahap terakhir, ia akan berlari kencang sehingga bisa menggapai garis finis paling awal. Ia tidak akan berlari kencang di tahap awal dan pertengahan lomba. Sebab, tindakan itu akan memforsir tenaga sehingga ia justru kelelahan dan lambat menjelang garis finis.

Bulan Ramadhan adalah bulan perlombaan, yaitu musabaqah fil khairat. Bulan suci yang penuh berkah ini melombakan banyak cabang amal kebajikan; shalat lima waktu secara berjama’ah di masjid, shaum Ramadhan, shalat tarawih dan witir, tadarus Al-Qur’an, sedekah sunah, silaturahmi, thalabul ilmi, dakwah, umrah Ramadhan, i’tikaf, dan lain-lain Setiap muslim boleh mengikuti sebanyak mungkin cabang amal kebajikan, selama ia memenuhi syarat-syaratnya dan mampu melakukannya.

Dari segi kwantitas, setiap muslim dituntut untuk berlomba dengan sesama muslim untuk mampu mengikuti sebanyak mungkin cabang amal kebajikan. Adapun dari segi kwalitas, setiap muslim mesti berlomba dengan sesama muslim yang lain agar amalnya paling ikhlas dan paling sesuai sunnah Rasulullah SAW. Selama satu bulan penuh, setiap muslim dituntut untuk menampilkan performa terbaiknya. Tidak boleh ada istilah menyerah, mengalah, terlalu lelah, dan bosan. Setiap muslim diwajibkan menggapai garis finis dengan husnul khatimah.

Secara teori, boleh jadi sebagian besar kita telah mengetahuinya. Lalu bagaimana dengan prakteknya? Dalam hal ini, kita mau tidak mau harus mengakui masih jauh panggang dari api. Praktek kita masih sering bertolak belakang dengan teori yang sudah kita ketahui. Kita sering kali berlari terlalu kencang di awal Ramadhan bak seorang sprinter. Lalu di pertengahan Ramadhan kita kelelahan atau kehabisan tenaga. Dan di akhir Ramadhan, kita bahkan tak ingat lagi dengan perlombaan. Kita justru disibukkan dengan urusan mudik, THR, pakaian baru, aneka makanan untuk lebaran, dan lain sebagainya. Entahlah, apakah kita masih bisa disebut menggapai garis finis? Yang jelas, kita tidak naik ke podium sebagai sang juara.

Rasulullah SAW sejak pertama kali disyaritkan shaum Ramadhan telah memberi tauladan bagaimana cara memaksimalkan bulan penuh berkah ini. Pada sepuluh hari terakhir, beliau SAW ‘berlari’ begitu kencang. Segenap waktu, pikiran, dan tenaganya dikonsentrasikan untuk menggapai ‘finis’ yang terbaik. Beliau SAW meninggalkan seluruh urusan yang tidak ada kaitannya dengan ibadah. Beliau secara total bertaqarrub kepada Allah SWT. Semua bentuk ibadah ditingkatkan, baik secara kwalitas maupun kwantitas, Semua itu demi meraih predikat juara, yaitu takwa di sisi Rabb SWT.

عن عائشة رضي الله عنها قالت : كَانَ رسول الله صلى الله عليه وسلم إِذَا دَخَلَ العَشْرُ الأَوَاخِرُ مِنْ رَمَضَانَ ، أحْيَا اللَّيْلَ ، وَأيْقَظَ أهْلَهُ ، وَجَدَّ وَشَدَّ المِئزَرَ

Dari Aisyah RA ia berkata: “Jika telah masuk sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadhan, maka Rasulullah SAW menghidupkan malamnya, membangunkan keluarganya, bersungguh-sungguh dalam ibadah, dan mengencangkan sarungnya.” (HR. Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174)

عن عائشة رضي الله عنها قالت : كَانَ رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَجْتَهِدُ في رَمَضَانَ مَا لاَ يَجْتَهِدُ في غَيْرِهِ ، وَفِي العَشْرِ الأوَاخِرِ مِنْهُ مَا لا يَجْتَهِدُ في غَيْرِهِ

Dari Aisyah RA ia berkata: “Kebiasaan Rasulullah SAW adalah bersungguh-sungguh dalam beribadah di bulan Ramadhan melebihi ibadah beliau dalam bulan-bulan lainnya. Dan beliua juga bersungguh-sungguh ibadah dalam sepuluh hari terakhir Ramadhan melebihi kesungguhan ibadah pada hari-hari Ramadhan yang lain.” (HR. Muslim no. 1175)

Kesungguhan ibadah Nabi SAW dalam sepuluh hari terakhir Ramadhan melebihi kesungguhan ibadah beliau pada dua puluh hari pertama Ramadhan. Aktifitas ibadah beliau digambarkan oleh hadits di atas adalah

  1. Menghidupkan malamnya, yaitu mempergunakan seluruh atau sebagian besar waktu malam dalam ibadah. Terutama sekali adalah melakukan shalat tarawih dan witir serta membaca Al-Qur’an. Pada malam selain Ramadhan, shahabat Hudzaifah bin Yaman RA pernah bermakmum shalat malam kepada Rasulullah SAW. Dalam satu raka’at shalat malam tersebut, beliau SAW membaca tiga surat sekaligus; Al-Baqarah, An-Nisa’, dan Ali Imran. Artinya, dalam satu raka’at beliau SAW membaca 5 juz lebih (HR. Muslim no. 772). Shahabat Ibnu Mas’ud pernah bermakmum shalat malam kepada Rasulullah SAW di luar bulan Ramadhan. Begitu lama dan panjangnya shalat beliau SAW, sampai-sampai Ibnu Mas’ud berniat duduk dan meninggalkan Rasulullah SAW shalat sendirian (HR. Bukhari 1135 dan Muslim no. 773). Demikian kesungguhan shalat malam (tahajud dan witir) beliau SAW di luar Ramadhan. Maka bagaimana lagi dengan kesungguhan shalat malam (tarawih dan witir) beliau SAW di bulan Ramadhan? Terlebih lagi dengan sepuluh hari terakhir Ramadhan?
  2. Membangunkan keluarganya, yaitu membangunkan istri-istri beliau SAW untuk melakukan shalat tarawih dan witir. Di luar bulan Ramadhan, beliau SAW biasanya membangunkan istrinya ‘hanya’ untuk shalat witir sebelum waktu Shubuh, seperti yang biasa beliau lakukan terhadap Aisyah RA (HR. Bukhari no. 512 dan Muslim no. 512)
  3. Bersungguh-sungguh dalam ibadah. Tentunya shalat tarawih dan witirnya lebih lama, bacaan Al-Qur’annya lebih banyak, dzikir dan istighfar diperbanyak, muhasabah diri lebih banyak. Dan seterusnya.
  4. Mengencangkan sarungnya. Mengenai maksud dari ‘mengencangkan sarungnya’, imam An-Nawawi menyebutkan beberapa pendapat ulama. Sebagian ulama menyebutkan maknanya adalah bersungguh-sungguh dalam beribadah melebihi kesungguhan ibadah pada waktu-waktu yang lain. Sebagian ulama menjelaskan maksudnya adalah mencurahkan tenaga dan konsentrasi untuk beribadah semata. Sebagian lainnya menyatakan hal itu adalah bahasa kiasan atas sikap tidak menggauli istri (pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan) agar bisa totalitas dalam ibadah. (Shahih Muslim bi-Syarh An-Nawawi, 4/282 dan Subulus Salam Syarh Bulughul Maram, 2/248)

Kesungguhan ibadah pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan ini memiliki banyak hikmah. Salah satunya adalah bisa melakukan I’tikaf dan mencari lailatul qadar. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits berikut,

وعن عائشة رضي الله عنها ، قالت : كَانَ رسولُ الله صلى الله عليه وسلم يُجَاوِرُ في العَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ ، ويقول : (( تَحرَّوا لَيْلَةَ القَدْرِ في العَشْرِ الأواخرِ منْ رَمَضانَ ))

Dari Aisyah RA ia berkata: “Rasulullah SAW senantiasa beri’tikaf pada sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadhan. Rasulullah SAW bersabda, “Bersungguh-sungguhlah kalian mencari lailatul qadar pada sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 2020 dan Muslim no. 1169)

Di antara hikmah lainnya adalah bersungguh-sungguh memanfaatkan waktu ibadah yang istimewa, sebelum bulan istimewa ini benar-benar berlalu. Dengan demikian, ibadah di bulan suci ini bisa diakhiri dengan husnul khatimah. Bagaimanapun juga, sang juara ditentukan di garis finis. Sebagaimana disabdakan oleh Nabi SAW,

وَإِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ

Sesungguhnya amal-amal itu tergantung bagaimana dengan penutupannya (bagaimana ia diakhiri).” (HR. Bukhari no. 6607)

Saudaraku…

Kita belum terlambat. Perlombaan sesungguhnya akan kembali dimulai. Bersiaplah…ambil ancang-ancang…lari sekencang-kencangnya…tataplah garis finis…bertekadlah menjadi ‘juara’ agar Allah SWT menyerahkan tropi ‘takwa’ kepada kita semua. Amien.

Wallahu a’lam bish-shawab.

>>>Arrahmah.com

Sabtu, 31 Oktober 2009

Handphone buat USG Instan




















Satu lagi kemajuan teknologi berhasil diuji coba oleh William D. Richard dan David Zar, peneliti dari Computer Science and Engineering Universitas Washington menciptakan teknologi ultrasound imaging (merupakan dasar pencitraan alat USG/Ultra sonografi) yang dapat ditampilkan pada layar ponsel lewat koneksi USB. Sudah pasti hanya jenis ponsel pintar yang bisa menjalankan teknologi ini, dan lebih khususnya hanya ponsel dengan basis sistem operasi Windows Mobile. Sebab ujicoba dan penelitian USB ultrasound memang mendapat suntikan dana US$ 100.000 dari pihak Microsoft.

Teknologi ini bekerja dengan menggunakan teknik diagnostik pencitraan lewat suara ultra yang digunakan untuk menampilkan visual organ internal manusia. Pilihan frekuensi langsung menentukan resolusi gambar, umumnya USG beroperasi pada frekuensi 2 sampai 13 Mhz. ” Kini cukup dengan membawa sebuah ponsel, seorang dokter dapat bekerja cepat untuk mendiagnosa penyakit, tak perlu harus menggu sampai pasien tiba di rumah sakit,” ujar Richard. Selain unggul dalam hal mobilitas, setiap hasil USG, seperti foto dapat langsung dikirimkan lewat fasilitas MMS (multimedia message service).


Dengan desain yang mungil, tentunya harga USB ultrasound tidak akan semahal harga perangkat USB konvensional. ”Sebagai perbandingan, USB portable yang ada di rumah sakit berharga sekitar US$ 30.000, sebaliknya harga USB ultrasound tak lebih dari US$ 2000, dan kemungkinan bisa ditekan sampai US$ 500 per unitnya,” kata Zar. Boleh jadi teknologi ini bakal populer kedepannya, pasalnya dengan basis Windows, aplikasinya mudah untuk diterapkan pada perangkat PC (personal computer) Windows.

Richard dan Zar bersama dengan Massachusetts Institute of Technology berencana untuk menjajal konsep teknologi untuk pasar negara-negara berkembang. Diharapkan USG Ponsel ini bisa menjadi solusi keterbatasan perangkat USB yang ada selama ini. Dilain hal, temuan teknologi ini juga akan bernilai guna untuk membantu tugas dokter lapangan yang bekerja di wilayah perang dan bencana.

Kamis, 17 September 2009

Robot Helikopter dengan Akses WiFi

Sistem komunikasi konvensional rawan mengalami kerusakan saat terjadi bencana. Untuk itu beragam solusi teknologi dikembangkan untuk mengantisipasi kejadian terburuk. Salah satu teknologi tersebut adalah robot helikopter dengan akses WiFi. Robot yang mampu melayang ini baru dalam tahap pengembangan oleh peneliti dari Germany's Ilmenau University of Technology. Robot ini mengemban tugas sebagai hotspot darurat yang melayani area bencana secara remote. Oleh pembuatnya, heli ini disebut sebagai quadcopter yang memiliki empat baling-baling.


Dukungan sistem komunikasi di heli ini mencakup VIA’s pico ITX hardware dan satu unit penerima sinyal GPS. Dengan dukungan akses WiFi, heli ini dapat mendukung komunikasi data bagi beberapa terminal berkemampuan WiFi, sudah tentu diantaranya ponsel. Dalam sebuah ujicoba, heli ini hanya mampu terbang selama 20 menit. Heli WiFi ini pertama kali diperlihatkan dalam ajang CeBIT 2009 di Hanover, Jerman awal Maret lalu. (Apr09)

sumber: kuliseluler